Sharing Ilmu Perkebunan
Minggu, 25 Oktober 2020
Syarat Hidup Kelapa Sawit
Hasil Tanaman Kelapa Sawit
Tipe Kelapa Sawit
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
Sejarah Kelapa Sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit “Deli Dura”.
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[2]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Ilmu Tanah dan Agronomi Kelapa Sawit
Kelompok Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi
Pengaturan populasi tanaman, pemanfaatan bahan organik untuk peningkatan pertumbuhan, pengelolaan tanah dan aplikasi TKS untuk pengendalian Ganoderma serta berbagai kultur teknis kelapa sawit dikembangkan secara intensif di Kelompok Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi. Kajian dampak pembangunan kebun kelapa sawit terhadap dinamika tinggi muka air tanah di kawasan perkebunan kelapa sawit dan kawasan sekitarnya juga menjadi perhatian serius Kelompok Peneliti Ilmu Tanah dan Agronomi termasuk teknologi plasma lucutan pijar korona (PLPK) telah diaplikasikan untuk memacu pertumbuhan berbagai varietas tanaman, teknologi mitigasi emisi karbon di lahan gambut, teknologi pemupukan kelapa sawit rakyat dan teknologi produksi CPO organik.
Program Penelitian
- Pengaturan Populasi Tanaman secara Berjenjang pada Berbagai Varietas Kelapa Sawit
- Pemanfaatan Berbagai Bahan Organik untuk Peningkatan Pertumbuhan dan Produktivitas Awal Kelapa Sawit
- Penanaman Kelapa Sawit di Dataran Tinggi
- Pengelolaan Tanah dan Aplikasi TKS untuk Pengendalian Ganoderma boninense
- Aplikasi Teknologi Plasma Lucutan Pijar Korona untuk Meningkatkan Kandungan Nitrogen Kompos Tandan Kosong Sawit
- Upaya Peningkatan Persentase Tumbuh Planlet Kultur Jaringan Kelapa Sawit di Fase Aklimatisasi
- Kajian Dampak Pembangunan Kebun Kelapa Sawit terhadap Dinamika Tinggi Muka Air Tanah di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit dan Kawasan Sekitarnya
- Mucuna brachteata
- Teknologi Mitigasi Penurunan Emisi Karbon di Perkebunan Kelapa Sawit di Berbagai Tipe Lahan Gambut
- Teknologi Pemupukan Kelapa Sawit Rakyat
- Teknologi Produksi CPO Organik
- Aplikasi Palm Kernel Meal (PKM) dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Bahan Pembenah Tanah dan Sumber Hara di Perkebunan Kelapa Sawit
Syarat Hidup Kelapa Sawit
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU – 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna ...